BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan untuk melakukan
pertukaran informasi secara cepat, tepat dan akurat telah membuat banyak
perusahaan mencoba membuat sebuah sistem yang dapat menyediakan informasi
tersebut sesuai dengan kebutuhan masing-masing perusahaan. Efisiensi dan efektifitas merupakan alasan
dasar untuk melakukan perbaikan dari sistem yang lama ke bentuk sistem yang
lebih baik lagi.
ERP (Enterprise Resource Planning) adalah
sebuah sistem yang di gunakan untuk mengoptimalkan dan mengefisienkan setiap
pertukaran informasi di sebuah perusahaan,
adalah untuk . ERP diawali oleh munculnya
MRP (Material Requirement Planning) yang digunakan untuk pembuatan bill of material, lalu berkembang
menjadi MRP II dimana financial
accounting (telah menjadi bagian dalam sistem dan setelah banyaknya kebutuhan informasi yang diperlukan
oleh perusahaan, maka terbentuklah sistem ERP yang menghubungkan semua bagian
perusahaan menjadi lebih efesien dan saling berintegrasi satu sama lain.
Garuda
Indonesia adalah maskapai penerbangan Indonesia yang berkonsep sebagai full service airline (maskapai dengan
pelayanan penuh). Sistem yang terintegrasi pada semua bagian telah mendorong
banyak perusahan beralih menggunakan ERP dalam memenuhi kebutuhan data dan
informasi mereka, sehingga pada akhirnya PT. Garuda Indonesia beralih dari
sistem GA2000 ke sistem SAP.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam karya tulis ini batasan masalah
yang akan dibahas adalah :
1.
penerapan sistem ERP pada PT. Garuda
Indonesia
2.
analisi
tujuan jangka panjang
1.3 Tujuan Penulisan
Karya tulis ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana dampak penggunaan ERP pada PT. Garuda Indonesia serta
kendala yang terjadi pada saat penerapan ERP.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diambil dari karya
tulis ini adalah untuk memahami apa itu ERP dan Bagaimana penerapan dalam
perusahaan.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika
penulisan karya tulis ini adalah :
BAB I : Latar belakang, Rumusan
Masalah, Tujuan penulisan, Manfaat penulisan, Sistematika penulisan, dan Metode
penulisan.
BAB II : Landasan Teori, Profil Perusahaan, ERP & SAP, Penerapan ERP
pada PT Garuda Indonesia.
BAB III : Kesimpulan, Saran
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Landasan Teori
Menurut Enterprise
Resource Planning: Global Opportunities & Challenges (Liaquat Hossai),
Sistem ERP atau sistem perusahaan adalah
sistem perangkat lunak untuk manajemen bisnis, mencakup modul pendukung divisi
fungsional seperti perencanaan, manufaktur, penjualan, pemasaran, distribusi,
akuntansi, keuangan, MSDM, manajemen proyek, manajemen persediaan, pelayanan
dan pemeliharaan, transportasi dan e-business.
SAP adalah produk
perangkat lunak ERP yang mempunyai kemampuan untuk
mengintegrasikan
berbagai macam aplikasi bisnis, dimana setiap aplikasi mewakilkan area bisnis
tertentu.
2.2 SEJARAH
2.2.1 PERUSAHAAN
Sejarah Garuda Indonesia sebagai
bagian dari sejarah industri penerbangan komersial di Indonesia dimulai ketika
bangsa yang muda ini berjuang untuk kemerdekaannya.
Penerbangan komersial pertama dari Calcutta ke Rangoon dilakukan pada 26 Januari 1949, dengan pesawat Douglas DC-3 Dakota bernomor “RI 001” yang bernama “Indonesian Airways”. Di tahun yang sama, pada 28 Desember 1949, pesawat DC-3 lain yang terdaftar sebagai “PK-DPD” dengan logo “Garuda Indonesian Airways” terbang dari Jakarta ke Yogyakarta untuk menjemput Presiden Soekarno. Ini adalah penerbangan pertama yang dilakukan atas nama Garuda Indonesian Airways.
Penerbangan komersial pertama dari Calcutta ke Rangoon dilakukan pada 26 Januari 1949, dengan pesawat Douglas DC-3 Dakota bernomor “RI 001” yang bernama “Indonesian Airways”. Di tahun yang sama, pada 28 Desember 1949, pesawat DC-3 lain yang terdaftar sebagai “PK-DPD” dengan logo “Garuda Indonesian Airways” terbang dari Jakarta ke Yogyakarta untuk menjemput Presiden Soekarno. Ini adalah penerbangan pertama yang dilakukan atas nama Garuda Indonesian Airways.
Setahun
kemudian, pada 1950, Garuda Indonesia resmi terdaftar sebagai Perusahaan
Negara. Pada periode tersebut,
perusahaan ini mengoperasikan armada yang terdiri dari 38 pesawat, termasuk 22
DC-3, 8 Catalina flying boat, dan 8 Convair 240. Armada ini terus bertambah,
dan Garuda Indonesia melakukan penerbangan pertamanya ke Mekkah ketika membawa
jemaah haji Indonesia pada 1956. Rute penerbangan oleh Garuda Indonesia ke
negara-negara Eropa dimulai pada 1965 dengan Amsterdam sebagai tujuan akhirnya.
Selama tahun 80-an, Garuda Indonesia melakukan restrukturisasi berskala besar untuk operasi dan armadanya. Pada masa inilah perusahaan ini mulai mengembangkan program pelatihan yang komprehensif untuk staf serta awak kabinnya, sekaligus mendirikan fasilitas pelatihan di Jakarta Barat yang dinamai Garuda Indonesia Training Center.
Selama tahun 80-an, Garuda Indonesia melakukan restrukturisasi berskala besar untuk operasi dan armadanya. Pada masa inilah perusahaan ini mulai mengembangkan program pelatihan yang komprehensif untuk staf serta awak kabinnya, sekaligus mendirikan fasilitas pelatihan di Jakarta Barat yang dinamai Garuda Indonesia Training Center.
2.2.2
PESAWAT
Berawal dari penerbangan
perdana di tahun 1949, Garuda Indonesia, yang sebelumnya bernama Garuda
Indonesian Airways, mulai mengembangkan armadanya. Garuda Indonesia pada saat
itu mengoperasikan satu pesawat Douglas DC-3 Dakota dan PBY Catalina.
Berikutnya, Garuda Indonesia mengoperasikan armada DH Heron and Convair 340.
Pada tahun 1956, untuk pertama
kalinya Garuda Indonesia melayani jamaah haji Indonesia ke tanah suci Mekkah di
Saudi Arabia, dengan menggunakan armada Convair 340.
Periode 1960-an adalah masa
dimana Garuda Indonesia tumbuh dengan pesat. Pada tahun 1961, armada Lockheed
Electra didatangkan ke Bandara Kemayoran, Jakarta. Lima tahun kemudian, Garuda
Indonesia memperkuat armadanya dengan jet empat mesin, yaitu Douglas DC-8. Di
samping itu, armada lain seperti DC-3/C-47 Dakota, Convair 340, Convair 440,
Lockheed Electra, Convair 990A, Fokker F-27 and DC-8 juga melengkapi kekuatan
maskapai Garuda Indonesia.
Kemudian pada tahun 1976,
untuk pertama kalinya Garuda Indonesia mengoperasikan pesawat berbadan lebar
Douglas DC-10, yang terdaftar sebagai PK-GIA. Satu tahun kemudian Garuda
Indonesia tidak lagi menggunakan pesawat turboprop engine Fokker F-27. Hal ini
membuat Garuda Indonesia sebagai satu-satunya maskapai yang hanya
mengoperasikan pesawat jet, yaitu dengan armada DC-10, DC-9, DC-8 dan F-28.
Perkembangan armada yang terus
melesat pada tahun 1980, membuat Garuda Indonesia mendatangkan pesawat berbadan
lebar Boeing 747-200. Dua tahun kemudian, maskapai membeli pesawat berbadan
lebar lainnya, yaitu Airbus A300B4 FFCC (Forward Facing Crew Cockpit). Pesawat
dengan kokpit yang berisi dua orang ini adalah ide dari Wiweko Soepono, mantan
Presiden Direktur Garuda Indonesia. Pada tahun 1984, barisan armada Garuda
Indonesia secara lengkap adalah Boeing 747-200, DC-10, Airbus A300B4, DC-9 and
F-28. Dengan 36 unit pesawat F-28, pada saat itu Garuda Indonesia adalah
operator F-28 terbesar di dunia.
Pada tahun 1994, Garuda
Indonesia memperkuat armadanya dengan pesawat berbadan paling lebar pada era
90-an, yaitu Boeing 747-400. Sebagai tambahan, barisan armada Garuda Indonesia
juga dilengkapi dengan Boeing 737 seri 300, 400 dan 500.
Selanjutnya pada tahun 2009,
Garuda Indonesia menambah armada berteknologi tinggi, dengan memperkenalkan
Airbus A330-300 dan Boeing 737-800 Next Generation. Kedua jenis pesawat ini
dilengkapi dengan perangkat in-flight entertainment, Audio and Video on Demand
(AVOD), di setiap tempat duduknya. Perangkat ini memungkinkan penumpang untuk
memilih sendiri berbagai macam hiburan seperti film, program televisi, video
musik dan permainan. Sebagai tambahan, tenpat duduk Business Class Garuda
Indonesia Airbus A330 juga dapat sepenuhnya berbaring hingga 180 derajat (flat
bed seat).
Kini pada tahun 2012, Garuda
Indonesia kembali menyambut armada baru Bombardier CRJ1000 NextGen.
2.2.3
LOGO
|
1949-1969 : Garuda Klasik
|
Garuda Indonesia berdiri ketika Indonesia sedang berada di
masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan, ketika itu Garuda Indonesia
menggunakan logo Garuda klasik sebagai simbol identitas. Sisi atas pesawat
berwarna putih, dengan warna merah sepanjang jendela, hal ini melambangkan
bendera nasional Indonesia yang berwarna Merah Putih. Pada tahun awal
berdirinya, Garuda Indonesia memiliki armada DC-3 propeller plane, jet-engine
Convair dan DC-8.
|
|
|
1969-1985 : Logo Oranye
|
Memasuki tahun 1970-an, Garuda Indonesia mengalami
modernisasi. Logo diperbaharui dengan tulisan “Garuda” dan garis berwarna
oranye. Pada periode ini Garuda Indonesia semakin banyak melayani masyarakat
di berbagai kota di Indonesia. Logo disematkan baik di pesawat kecil seperti
Fokker 27 dan DC-9, juga pada pesawat berbadan lebar seperti DC-10, Boeing
747-200 dan Airbus A300B4. Logo ini segera menjadi akrab dengan
identitas baru Garuda Indonesia dan dikenal hingga ke berbagai penjuru dunia.
|
|
|
1985-2009 : Logo Burung Modern
|
Untuk mengantisipasi era persaingan terbuka dari industri
penerbangan nasional dan dunia, Garuda kembali mengubah logonya pada tahun
1985. Kali ini Logo Garuda Indonesia menggambarkan burung modern yang
dilengkapi dengan tulisan Garuda Indonesia. Warna dominan pada logo ini
adalah biru dan hijau, yang diambil dari warna alam Indonesia. Pada era ini,
armada Garuda Indonesia diperkuat dengan kedatangan Boeing 737, Boeing
747-400 dan Airbus 330-300.
|
|
|
2009-Sekarang : Logo Sayap Alam
|
Memasuki fase pertumbuhan yang berkesinambungan dan
strategi lompatan besar, pada tahun 2009 Garuda Indonesia memperbaharui
identitas perusahaan agar menjadi lebih modern dan segar. Hal ini diwujudkan
dengan logo “Sayap Alam” yang disematkan pada bagian ekor armadanya. Program
ini juga dilengkapi dengan moderninasasi armada, yaitu dengan mendatangkan
pesawat baru Boeing 737-800NG, Airbus A330-200, dan Bombardier CRJ1000
NextGen. Kini Garuda Indonesia memperkenalkan konsep layanan baru yaitu
"Garuda Indonesia Experience". Dalam konsep baru ini, Garuda
Indonesia menggabungkan keramahan dan suasana khas Indonesia, yang berakar
pada budaya bangsa.
|
2.3 Profil Perusahaan
Garuda Indonesia adalah
maskapai penerbangan Indonesia yang berkonsep sebagai full service airline (maskapai dengan pelayanan penuh). Saat ini
Garuda Indonesia mengoperasikan 82 armada untuk melayani 33 rute domestik dan
18 rute internasional termasuk Asia (Regional Asia Tenggara, Timur Tengah,
China, Jepang dan Korea Selatan), Australia serta Eropa (Belanda).
Sebagai bentuk
kepeduliannya akan keselamatan, Garuda Indonesia telah mendapatkan sertifikasi
IATA Operational Safety Audit (IOSA).
Hal ini membuktikan bahwa maskapai ini telah memenuhi standar internasional di
bidang keselamatan dan keamanan.
Untuk meningkatkan
pelayanan, Garuda Indonesia telah meluncurkan layanan baru yang disebut "Garuda Indonesia Experience".
Layanan baru ini menawarkan konsep yang mencerminkan keramahan asli Indonesia
dalam segala aspek. Untuk mendukung layanan ini, semua armada baru dilengkapi
dengan interior paling mutakhir, yang dilengkapi LCD TV layar sentuh individual
di seluruh kelas eksekutif dan ekonomi. Selain itu, penumpang juga dimanjakan
dengan Audio and Video on Demand (AVOD),
yaitu sistem hiburan yang menawarkan berbagai pilihan film atau lagu, sesuai
pilihan masing-masing penumpang.
Saat ini Garuda
Indonesia memiliki tiga hub di Indonesia. Pertama adalah hub bisnis yang berada
di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Kedua adalah hub di daerah pariwisata yang
berada di Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali. Kemudian untuk meningkatkan
frekuensi penerbangan ke bagian timur Indonesia, Garuda Indonesia juga memiliki
hub di Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan.
Terlepas dari bisnis
utamanya sebagai maskapai penerbangan, Garuda Indonesia juga memiliki unit
bisnis (Strategic Business Unit/SBU)
dan anak perusahaan. Unit bisnis Garuda Indonesia adalah Garuda Cargo dan Garuda
Medical Center. Sedangkan anak perusahaan Garuda Indonesia adalah PT
Citilink Indonesia, yaitu maskapai tarif rendah (Low Cost Carrier), PT Aerowisata (hotel, transportasi darat, agen
perjalanan dan katering), PT Abacus Distribution System Indonesia (penyedia
layanan sistem pemesanan tiket), PT Aero System Indonesia/Asyst (penyedia
layanan teknologi informasi untuk industri pariwisawata dan transportasi) dan
PT Garuda Maintenance Facility (GMF
AeroAsia), yaitu perusahaan yang bergerak di bidang perawatan pesawat,
perbaikan, dan overhaul.
Visi dan Misi Perusahaan
Visi
Perusahaan
Menjadi perusahaan penerbangan yang
handal dengan menawarkan layanan yang berkualitas kepada masyarakat dunia
menggunakan keramahan Indonesia.
Misi
Perusahaan
Sebagai perusahan penerbangan pembawa
bendera bangsa Indonesia yang mempromosikan Indonesia kepada dunia guna
menunjang pembangunan ekonomi nasional dengan memberikan pelayanan yang
profesional.
2.4 Struktur Organisasi
2.5 Organisasi
dan Group
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. adalah
maskapai pertama dan terbesar di Indonesia, Dengan pendekatan berorientasi
“melayani”, Garuda Indonesia bertujuan menjadi penyedia layanan terdepan bagi
wisatawan di negara inisekaligus menyediakan layanan pengiriman barang melalui
udara. Grup Garuda Indonesia pada saat ini memiliki lima anak perusahaan yakni
PT Aerowisata, PT GMF Aero Asia, PT Abacus Distribution System, PT Gapura
Angkasa dan PT Aero System Indonesia.
A.
Profil
Dewan Komite
Komite Audit
|
|
Ketua
|
Betti Alisjahbana
|
Anggota
|
Chaerul D. Djakman
|
Prasetyo Suhardi
|
|
Komite Nominasi, Remunerasi, dan
Tata Kelola Perusahaan
|
|
Ketua
|
Wendy Aritenang
|
Wakil Ketua
|
Sonatha Halim Yusuf
|
Anggota
|
G. Suprayitno
|
Komite Pengembangan Usaha dan
Pemantauan Resiko
|
|
Ketua
|
Peter F. Gontha
|
Wakil Ketua
|
Bambang Wahyudi
|
Anggota
|
Asril Fitri Syamas
|
Ahmad Ridwan Dalimunthe
|
B. Profil Dewan Komisaris
|
BAMBANG SUSANTONO
Komisaris Utama
Menjabat sebagai Komisaris Utama sejak 27 April
2012. Saat ini beliau juga menjabat sebagai Wakil Menteri Perhubungan
Republik Indonesia.
Sebelumnya beliau pernah menjabat sebagai
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian, Staf Ahli Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian Bidang Persaingan Usaha, Sekretaris Komite Kebijakan Percepatan
Pembangunan Infrastruktur (KKPPI), Wakil Ketua Tim Teknis Badan Koordinasi
Tata Ruang Nasional (BKTRN), dan Wakil Ketua Tim Pelaksana Tim Nasional
Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus.
Bambang Susantono yang lahir di Yogyakarta, 4
November 1963, meraih gelar Sarjana Teknik Sipil dari Institut Teknologi
Bandung (ITB), gelar MCP (City & Regional Planning), MSCE (Transportation
Engineering), dan PhD (Infrastructure Planning), seluruhnya dari University
of California, Berkeley, Amerika Serikat. Beliau masih mengajar dan membimbing
skripsi, tesis dan disertasi di Program Pasca Sarjana Bidang llmu Teknik
Universitas Indonesia (UI) dan di Sekolah Tinggi Transportasi Darat (STTD),
merupakan Koordinator Kelompok Keahlian Manajemen Infrastruktur di UI serta
dipercaya menjadi Presiden Intelligent Transportation System (ITS) di
Indonesia.
|
|
BETTI
SETIASTUTI ALISJAHBANA
Komisaris Independen
Menjabat sebagai Komisaris Independen Perseroan
sejak 6 Februari 2012. Saat ini beliau juga menjabat sebagai Pendiri dan
Komisaris PT Quantum Business International, Komisaris PT Sigma Cipta Caraka,
Wakil Ketua Dewan Riset Nasional, Anggota Komite Inovasi Nasional (KIN),
Anggota Advisory Board Insitut Teknologi Bandung, Ketua Asosiasi Open Source
Indonesia, Ketua Komite Tetap Bidang Perangkat Lunak KADIN Indonesia.
Betti Setiastuti Alisjahbana yang lahir di
Bandung, 2 Agustus 1960, meraih gelar Sarjana Arsitektur dari Institut
Teknologi Bandung.
|
|
CHRIS KANTER
Komisaris
Independen
Menjabat sebagai Komisaris Independen sejak 26
April 2013. Selain itu beliau juga menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Apindo,
Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia Bidang Perdagangan dan Hubungan
Internasional, Dewan Komisaris PT Bank BNP Paribas Indonesia, Tim Pakar
“Joint Study Group on Long Term Vision for Trade and Investment Cooperation
Indonesia – European Union” Departemen Perdagangan, Komite Ekonomi Nasional
Perpres No.31/2010, Komite Penanaman Modal Bidang Hubungan Dunia Usaha BKPM,
Dewan Komisaris PT Indosat Tbk, Founder dan Chairman Sigma Sembada Group,
Founder and Chairman di Swis German University.
Sebelumnya beliau pernah menjabat sebagai Wakil
Ketua Umum KADIN Bidang Investasi dan Transportasi, Anggota MPR-RI, Ketua
Organising Committee Asia-Africa Summit 2005, Tim Koordinasi Peningkatan
Kelancaran Arus Barang Ekspor dan Impor Pemerintah Indonesia.
Chris Kanter yang lahir di Manado, 25 April
1952 meraih gelar Sarjana dari Fakultas Teknik, UniversitasTrisakti.
|
|
PETER F. GONTHA
Komisaris
Independen
Menjabat sebagai Komisaris Independen sejak 28
Juni 2012. Saat ini beliau juga menjabat sebagai Executive Chairman PT First
Media Tbk., Komisaris Utama PT Linknet, Direktur Utama Persada Giri Abadi,
Pendiri dan Komisaris Utama PT Java Festival Production, Presiden Sun Yen
Engineering Singapore, Publisher The Jakarta Globe, Suara Pembaruan, Investor
Daily dan Berita Satu Media Holding, Anggota Komisi Ekonomi Nasional, Anggota
Komite Investasi BKPM dan Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia
bidang Investasi.
Peter F. Gontha yang lahir di Semarang, 4 Mei
1948, menempuh pendidikan Computer Design dan Operation di Shell Benelux
Computing Center, Finance Accounting and Business Administration di Praep
Institute, The Netherlands.
|
|
Wendy
Aritenang
Komisaris
Menjabat sebagai Komisaris sejak 4 Juni 2007.
Saat ini beliau juga menjabat sebagai Inspektur Jendral Kementerian
Perhubungan.
Sebelumnya beliau pernah menjabat sebagai Staf
Ahli Menteri Perhubungan, Direktur Jenderal Perkeretaapian, Sekretaris
Jenderal Departemen Perhubungan, Deputi Menteri Riset dan Teknologi,
Komisaris PT PLN Batam, Komisaris PT Adyatirta Batam, Deputi Ketua Otorita
Batam, Kepala Biro Perencanaan - BPP Teknologi.
Wendy Aritenang yang lahir di Jakarta, 15
Desember 1954, meraih gelar Sarjana Teknik Sipil dari Institut Teknologi
Bandung (ITB) tahun 1979 dan memperoleh gelar Master of Science& Diploma
tahun 1986 dan meraih gelar Doktor (PhD) dalam bidang Structural Engineering
dari University of London at Imperial College of Science & Technology
tahun 1989.
|
|
ISA RACHMATARWATA
Komisaris
Menjabat sebagai Komisaris sejak 2 April 2014.
Saat ini beliau juga menjabat sebagai Staf Ahli Bidang Kebijakan dan Regulasi
Jasa Keuangan dan Pasar Modal di Kementerian Keuangan.
Sebelumnya beliau pernah menjabat sebagai
Pegawai Tinggi pada Badan Kebijakan Fiskal, dan Kepala Biro Perasuransian di
Kementerian Keuangan, Kepala Subdirektorat Pengembangan dan Pelayanan
Informasi, Ketua Unit Pelaksana Penjaminan Pemerintah, Kepala Subdirektorat
Pemeriksaan dan Pelayanan, Kepala Seksi Pemeriksaan Dana Pensiun Lembaga
Keuangan di Departemen Keuangan.
Isa Rachmatarwata yang lahir di Jombang, 30
Desember 1966, meraih gelar Sarjana Matematika dari Institut Teknologi
Bandung (ITB) tahun 1990 dan memperoleh gelar Master of Mathematics
(Actuarial Science) dari University of Waterloo, Kanada tahun 1994
|
2.6 Analisis
Tujuan Jangka Panjang
Tujuan jangka panjang dari
perusahaan penerbangan Garuda Indonesia menurut strategic objective adalah :
1. Menuju Maskapai dengan Standar
Layanan Kelas Dunia. Dengan konsep layanan “Garuda Indonesia Experience” dan
standar layanan di seluruh customer’s touch points, Garuda Indonesia secara
konsisten terus meningkatkan standar layanan untuk menjadi maskapai dengan
layanan kelas dunia.
·
Spesific :
tujuan jangka panjang tersebut sudah spesifik, karena Garuda Indonesia memiliki
tujuan yang jelas dan fokus, yaitu memiliki standar layanan kelas dunia.
·
Measurable :
kurang measurable. Hal ini dikarenakan tidak diberikannya penjelasan waktu
secara mendetail tentang tujuan Garuda Indonesia untuk memiliki standar layanan
kelas dunia.
·
Attainable :
tujuan dapat dicapai oleh Garuda Indonesia, karena dalam pencapaiannya
dilakukan perbaikan secara terus-menerus terhadap pelayanan yang di berikan
kepada pengguna jasa.
·
Realistic :
tentu tujuan tersebut dapat dicapai oleh Garuda Indonesia. Garuda Indonesia
telah menjadi salah satu maskapai penerbangan internasional di Indonesia.
Dengan usahanya memberikan pelayanan yang lebih baik lagi memungkinkan Garuda
Indonesia memiliki standar penerbangan internasional.
·
Time Frame :
pada tujuan ini tidak ada waktu yang dicantumkan untuk mencapai tujuannya.
2. Garuda Indonesia akan terbang
non-stop ke kota London, mendarat di bandara Gatwick, mulai kuartal keempat
2013 menggunakan pesawat terbaru Boeing 777- 300ER yang memiliki kelas layanan
baru “First Class”.
·
Spesific :
tujuan dari Garuda Indonesia sudah jelas, yaitu akan terbang ke London dengan
pesawat Boeing 777-300ER.
·
Measurable :
waktu untuk mencapai tujuan itu sudah jelas, yaitu pada tahun 2013 mulai
kuartal keempat.
·
Attainable :
cara-cara yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut tidak dijelaskan secara
rinci.
·
Realistic :
tujuan ini dapat dicapai oleh Garuda Indonesia, karena Garuda Indonesia sudah
menjadi maskapai penerbangan internasional. Dengan menambah rutenya ke London,
diharapkan Garuda Indonesia dapat meningkatkan revenue dengan memperluas
cakupan penerbangannya.
·
Time Frame :
waktu yang ditunjukkan untuk menjalankan tujuan tersebut dalam tujuan di atas
telah jelas.
3. Pada tahun 2012, Perusahaan
merencanakan pengembangan usaha dengan memfokuskan pemenuhan keanggotaan Garuda
Indonesia sebagai anggota Aliansi Global.
·
Spesific :
tujuan tersebut telah jelas, yaitu mencapai pengembangan usaha dengan
memfokuskan pemenuhan keanggotaan Garuda Indonesia sebagai anggota Aliansi
Global.
·
Measurable :
waktu dalam mencapai tujuan tersebut jelas, yaitu pada tahun 2012.
·
Attainable :
cara yang ditetapkan untuk mencapai tujuan tersebut, yaitu dengan memfokuskan
pemenuhan keanggotaan Garuda Indonesia sebagai anggota Aliansi Global.
·
Realistic :
dengan tujuan yang telah ditetapkan dan cara yang digunakan untuk mencapai
tujuan tersebut, Garuda Indonesia dapat mencapai tujuannya.
·
Time Frame :
waktu pada tujuan tersebut telah jelas.
4. Terkait dengan program Quantum Leap
2011 – 2015, yaitu global alliance, maka pemenuhan SkyTeam requirement tetap menjadi prioritas
utama.
·
Spesific :
tujuannya jelas, yaitu global alliance.
·
Measurable : waktu untuk mencapai tujuan
tersebut jelas, yaitu tahun 2011-2015.
·
Attainable :
cara yang ditetapkannya, yaitu dengan pemenuhan SkyTeam requirement tetap
menjadi prioritas utama.
·
Realistic :
dilihat dari tujuan dan cara untuk mencapai tujuan tersebut, Garuda Indonesia
mampu mencapai tujuannya.
·
Time Frame :
tahun pada tujuan tersebut, yaitu 2011-2015.
5.
Dalam upaya
Garuda Indonesia menjadi full member SkyTeam di tahun 2014, terdapat 3 hal utama yang memegang peran
penting dalam keberhasilan Garuda Indonesia menjadi anggota aliansi global
SkyTeam.
a.
Kesiapan
Kerja Sama Bilateral dan Implementasi IT
b.
Change Management
c.
Kegiatan
Rutin
·
Specific :
tujuan Garuda Indonesia sudah spesifik, yaitu menjadi full memberSkyTeam di
tahun 2014.
·
Measurable :
waktu dalam pencapaian tujuan tersebut, yaitu tahun 2014.
·
Attainable :
hal yang memegang peran penting dalam keberhasilan Garuda Indonesia menjadi
anggota aliansi global SkyTeam, yaitu Kesiapan Kerja Sama Bilateral dan
Implementasi IT, Change Management, dan Kegiatan Rutin.
·
Realistic :
Garuda Indonesia dapat mencapai tujuannya dengan 3 hal penting yang telah
disebutkan.
·
Time Frame :
waktu untuk mencapai tujuannya, yaitu tahun 2014.
6. Di tahun 2013, Garuda Indonesia meluncurkan
berbagai inisiatif untuk memperluas network coverage Perusahaan. Seiring dengan
rencana kedatangan 24 pesawat baru di tahun 2013, Perusahaan berencana membuka
27 rute baru untuk meningkatkan utilisasi atas pesawat ini. Selain itu,
Perusahaan juga akan menambah hub baru yang akan dioperasikan dengan menggunakan
pesawat CRJ1000 NextGen.
·
Spesific :
tujuan yang spesifik, yaitu memperluas network coverage perusahaan, membuka 27
rute baru, menambah hub baru yang akan dioperasikan dengan menggunakan pesawat
CRJ1000 NextGen.v.
·
Measurable :
waktu yang ditetapkan untuk tujuannya, yaitu tahun 2013.
·
Attainable :
cara yang ditetapkan untuk mencapai tujuan tersebut tidak dijelaskan.
·
Realistic :
tujuan tersebut dapat dicapai oleh Garuda Indonesia, karena sudah ada rencana
tentang kedatangan 24 pesawat baru di tahun 2013.
·
Time Frame :
waktu untuk mencapai tujuannya, yaitu 2013.
7. Untuk menjaga konsistensi terhadap
kualitas produk dan pelayanan dari sisi operasional, Garuda Indonesia
menargetkan ketepatan penerbangan (On Time Performance/OTP) sebesar 85%, dimana
rata-rata pencapaian OTP tahun sebelumnya sebesar 84,90%.
·
Spesific :
tujuan Garuda Indonesia sudah spesifik, yaitu menjaga konsistensi terhadap
kualitas produk dan pelayanan dari sisi operasional.
·
Measurable :
waktu dalam tujuan tersebut tidak ditetapkan.
·
Attainable :
Garuda Indonesia menetapkan target ketepatan penerbangan (On Time
Performance/OTP) sebesar 85% untuk mencapai tujuannya.
·
Realistic :
dengan adanya target yang ditetapkan untuk mencapai tujuan tersebut, Garuda
Indonesia akan konsisten terhadap kualitas dan pelayanan dari sisi operasional.
·
Time Frame :
tidak ada penjelasan waktu pada tujuan tersebut.
2.7 Hubungan ERP dan SAP dengan
pengoptimalan pertukaran data pada PT Garuda
Indonesia
Pada tahun 2000 di bagian keuangan mengalami kendala dalam
pertukaran dan keakuratan data . Karena kemudahan yang diperoleh melalui ERP,
seperti efisiensi data, keakuratan data, efisiensi waktu, kemudahaan memonitor
transaksi yang berlangsung dan memudahkan karyawan dalam bekerja. Selain itu,
karena perkembangan bisnis sangat pesat mengharuskan PT Garuda Indonesia
mengoptimalkan kinerja tiap divisi. Dorongan dari kompetitor dari PT Garuda
Indonesia yaitu PT Luthansa Airlines yang telah berhasil menggunakan SAP dan
terbukti berhasil juga menyebabkan PT Garuda Indonesia menggunakan SAP.
2.8
Penerapan
ERP pada PT Garuda Indonesia
PT Garuda Indonesia
menggunakan ERP untuk menghubungkan dan mengsinkronisasikan tiap divisi
sehingga mengurangi redudansi data, juga untuk pelaporan pekerjaan tiap divisi
ke divisi lain. Pada bagian penjualan proses dimulai dari kostumer datang,
kemudian membeli tiket, kemudian memasukkan data tersebut kedalam sistem dan
masuk ke dalam database kemudian muncul informasi berupa tampilan laporan
penjualan pada bagian keuangan.
Modul modul yang banyak
digunakan oleh PT. Garuda Indonesia :
·
SD - Sales
& Distribution : membantu meningkatkan efisiensi kegiatan operasional
berkaitan dengan proses pengelolaan customer order (proses sales, shipping dan
billing)
·
MM - Materials
Management : membantu menjalankan proses pembelian (procurement) dan
pengelolaan inventory
·
PP - Production
Planning : membantu proses perencanaan dan kontrol daripada kegiatan
produksi (manufacturing) suatu perusahaan.
·
QM - Quality
Management : membantu men-cek kualitas proses-proses di keseluruhan rantai
logistik
Menurut buku Enterpise Resource Planning: Menyelaraskan Teknologi Informasi dengan
Strategi Bisnis ( Wawan, Falahah ) . Fase fase dalam
penerapan ERP adalah inisiasi, evaluasi, seleksi ( business process re-engineering,
modification, training, confertion of data ), go live, termination, exploitation & development. PT. Garuda
Indonesia sendiri telah berada pada fase termination,
Sehingga dapat disimpulkan penerapan ERP pada PT. Garuda Indonesia berhasil.
2.9 Kendala
PT. Garuda Indonesia dalam menerapkan SAP
Penerapan ERP di PT. Garuda
Indonesia pada awalnya mengalami hambatan yaitu kurangnya keefisienan system
GA2000 sehingga beberapa pertukaran data masih dilakukan secara manual. Pada
awal penerapan SAP kendala yang terjadi adalah proses memindahkan data dari
sistem GA2000 ke sistem SAP. Selain itu, pada pelatihan awal karyawan untuk
menggunakan SAP.
2.10
KESELAMATAN
PERUSAHAAN
Garuda Indonesia berkomitmen untuk menyediakan
lingkungan kerja yang aman dan sehat untuk semua personel. Kami juga bertujuan
untuk meminimalisir kecelakaan atau insiden yang disebabkan faktor organisasi.
Selain itu, kami menyediakan Keselamatan Manajemen Pendidikan Sistem yang
relevan dan pelatihan untuk semua personel.
2.10.1
Sasaran
Keselamatan
Sasaran
Keselamatan disusun bersama-sama dengan Kebijakan Keamanan Garuda Indonesia:
·
Untuk mengidentifikasi dan
meminimalisir kondisi-kondisi membahayakan.
·
Melakukan analisa bahaya dan resiko
untuk seluruh tujuan terhadap peralatan-peralatan yang baru diperoleh,
fasilitas, operasional dan prosedur serta mengurangi resiko sampai batas yang
dapat diterima.
· Memberikan pendidikan dan pelatihan mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan Sistem Manajemen Keamanan (Safety Management System atau
SMS) kepada seluruh personel.
·
Memberikan lingkungan kerja yang
aman dan sehat kepada seluruh personel.
·
Meminimalisasi kecelakaan/kejadian
yang disebabkan oleh faktor-faktor organisasi.
·
Untuk mencegah kerugian dan cedera
pada properti dan manusia yang disebabkan oleh operasional perusahaan.
·
Meningkatkan keefektivitasan sistem
manajemen keamanan melalui audit keamanan yang dilakukan secara teratur di mana
dilakukan pengkajian ulang seluruh aspek SMS untuk terus membuat kemajuan di
seluruh tingkat keamanan.
·
Untuk terus melakukan monitor dan
evaluasi mengenai tingkat keamanan secara teratur.
·
Untuk memastikan kepatuhan terhadap
DGCA (CASR 121) Indonesia, Peraturan Internasional (ICAO) dan standar industri
praktik terbaik internasional (IATA).
2.10.2
Keamanan
Penerbangan
Industri
penerbangan di Indonesia saat ini mengalami kemajuan yang pesat. Letak
geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau menjadikan penerbangan sebagai
moda transportasi yang cepat dan aman untuk menghubungkan antar pulau. Garuda
Indonesia sebagai perintis penerbangan nasional serta pembawa bendera
Indonesia, sudah tentu menjadi kebanggaan dan pilihan masyarakat sebagai
pengguna jasa. Sebagai operator penerbangan yang memiliki sertifikat IOSA,
Garuda Indonesia mengedepankan aspek service, safety dan security plus
compliance. Hal ini juga bertujuan untuk menumbuhkembangkan kepercayaan
masyarakat agar memilih Garuda Indonesia sebagai penyedia jasa penerbangan.
2.10.3
Tidak ada
kata kompromi dalam keamanan
Aspek keamanan adalah salah satu
elemen penting yang harus dijalankan secara konsisten dan komprehensif dalam
industri penerbangan. Selain sebagai business balancing, keamanan juga menjadi
jaminan bagi para pengguna jasa, pegawai, pemegang saham dan penyedia jasa
eksternal untuk tetap menjadikan Garuda Indonesia sebagai mitra penyedia jasa
penerbangan. Berdasarkan hal-hal tersebut, dalam menerapkan dan mempertahankan
performa keamanan yang tinggi, manajemen Garuda Indonesia berkomitmen untuk
- Membangun sistem keamanan yang
mumpuni melalui pengembangan Manajemen Sistem Keamanan (Security
Management System) dan Program Keamanan Penerbangan Garuda Indonesia
secara berkesinambungan,
- Secara konsisten melakukan
investasi berkelanjutan dalam hal pelatihan keamanan penerbangan termasuk
investasi dalam hal sistem dan teknologi pendukung,
- Menerapkan quality assurance
system dan kendali mutu secara konsisten dan pola penyampaian informasi
keamanan tanpa hambatan ke seluruh unit dalam perusahaan,
- Secara cepat merespon setiap
situasi dan kondisi yang dinilai dapat membahayakan keselamatan dan
keamanan seseorang dan/atau infrastruktur,
- Membangun sistem komunikasi
yang efektif untuk memastikan kelancaran pertukaran informasi keamanan
yang relevan, sehingga mampu menghubungkan seluruh unit dalam organisasi
tanpa hambatan termasuk ke senior manajer, manajer operasional, karyawan
di lini depan maupun pihak eksternal yang terikat kontrak mendukung
operasional perusahaan,
- Membangun dan mengembangkan
budaya keamanan secara konsisten.
2.10.4
Keselamatan,
Kesehatan Kerja dan Lingkungan
Earth
Hour 2012 Garuda Indonesia Group
Perubahan iklim dan pemanasan global merupakan salah satu
potensi ancaman kehidupan di bumi yang paling signifikan. Perubahan pada pola
cuaca, pasokan air, pertumbuhan musiman untuk tanaman; kenaikan permukaan air
laut; dan kebakaran hutan merupakan beberapa dampak dari perubahan iklim yang
sudah kita rasakan belakangan ini dan dipastikan mempengaruhi lingkungan hidup
yang ada di sekitar kita. Ketergantungan manusia kepada listrik dari masa ke
masa semakin meningkat, sementara mayoritas pembangkit listrik berbahan bakar
fosil (minyak bumi, batu bara, dan gas alam) yang mengeluarkan gas rumah kaca
(GRK) berupa karbon dioksida (CO2). Hal ini jelas berakibat langsung terhadap
kenaikan dramatis suhu rata-rata Bumi.
Earth Hour adalah salah satu kampanye energi terbesar
didunia, yang diusung oleh WWF, berupa inisiatif global yang mengajak berbagai
elemen masyarakat seluruh dunia, organisasi, pusat pemerintahan, maupun
individu untuk melakukan aksi kecil untuk perubahan besar yaitu dengan
mematikan lampu dan peralatan elektronik yang sedang tidak dipakai selama 1 jam
mulai pukul 20.30 – 21.30 (waktu setempat). Kegiatan ini dilakukan setiap
tahun, tepatnya setiap hari Sabtu di minggu ke-3 bulan Maret. Tahun ini
merupakan kali keempat Indonesia turut berpartisipasi secara aktif dalam
kegiatan Earth Hour, yang jatuh pada hari Sabtu, 31 Maret 2012. Keberhasilan
kampanye ini sangat penting dan diharapkan dapat dilakukan oleh seluruh lapisan
masyarakat di seluruh dunia mengingat pentingnya kesadaran dan aksi secara
massal dalam berperilaku hemat energi sebagai salah satu upaya mengurangi dampak
perubahan iklim yang dapat membantu mengubah kehidupan di Bumi menjadi lebih
baik.
Tahun 2012 merupakan tahun keempat kalinya Garuda Indonesia
turut berpartisipasi dalam program Earth Hour. Melihat perjalanan kampanye
Earth Hour dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012, masing-masing memiliki
tema yang berbeda, yakni:
- Earth Hour 2009 merupakan bukti kepedulian Garuda
Indonesia terhadap lingkungan dalam upaya menyelamatkan bumi dengan
mereduksi dampak negatif emisi yang turut berkontribusi terhadap pemanasan
global untuk berpartisipasi dalam tema Earth Hour 2009 yaitu “Pilih Bumi
Selamat atau bumi sekarat”.
- Komitmen Garuda Indonesia dalam pengelolaan lingkungan
hidup dilanjutkan melalui partisipasi Garuda Indonesia pada Earth Hour
2010, yang turut memberi citra positif dalam rangka memberikan contoh
kepada publik bahwa hemat energi itu sederhana dan mudah, yaitu dengan
“kita dapat mengubah dunia dalam 1 jam matikan lampu”.
- Kampanye Earth Hour 2011 mengingatkan semua orang bahwa
bergaya hidup hemat energi tidak cukup hanya dengan berpartisipasi di
Earth Hour saja, tetapi aksi kecil ini harus terus dibuktikan setiap hari
secara efektif mengurangi gas rumah kaca, dan diikuti dengan mengubah gaya
hidup yang lebih ramah lingkungan sesuai dengan tema “Setelah satu jam,
jadikan gaya hidup”.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan Manfaat penerapan ERP
di PT. Garuda Indonesia dapat disimpulkan :
·
PT. Garuda Indonesia terbukti berhasil
dalam penerapan ERP karena telah berada pada fase termination.
·
Dalam penerapan pada PT. Garuda
Indonesia, ERP yang digunakan adalah SAP dengan berbagai macam modul seperti
FI, MM, AM, HRM, dan modul lainnya.
·
Sistem ERP terbukti membantu dalam
mengoptimalkan dan mengefisienkan pertukaran data yang akurat dan cepat
3.2 Saran
Berdasarkan
kesimpulan dari hasil penelitian, dapat diajukan saran antara lain :
·
PT. Garuda Indonesia harus terus
melakukan exploitation and development
karena sesuai dengan fase fase penerapan ERP.
·
Terus memberikan pelatihan SAP kepada
SDM di PT. Garuda Indonesia.
·
Melakukan perekrutan tenaga kerja yang
sudah menguasai ERP dalam hal ini SAP
PERTANYAN DAN JAWABAN
1. RIFI HAMDANI KELOMPOK C
Pertanyaan : Apa yang dimaksud layanan first class
Jawaban : Layanan yang menawarkan konsepkeramahan asli indonesiadalam segala aspek. Untuk mendukung layanan ini, semua armadabaru di lengkapi dengan interior paling mutakhir,yang di lengkapi LCD TV, AUDIO, VIDEO on demand
2 TRI WAHYUDIN Keompok C
Pertanyaan : Untuk konsisten produk dan pelayanan pt garuda indonesia menargetkan penerapan penerbangan 85% , apa maksudnya ?
Jawaban : Untuk menjaga kualitas produk dan layanan dari sisi operasional, garuda indonesia menargetkanpenerbangan on time 85%. Jadi target 85% itu adalah jamgkasekian tahun,penerbangan yang tepat waktu atau on time, kemudian kalkulasikan sehingga nanti hasilnya itulah yang disebut kalkulasi 85% on time.
3. SITI MAFTUHAH Kelompok B
Pertanyaan : Selain di pt. garuda indonesia , ERP di terapkan di perusahaan apa?
Jawaban : di PT. Garuda Food menerapkan sistem ERP. untuk info lebih lanjut ,bisa searchung di internet.