Senin, 10 November 2014

MAKALAH MANFAAT DAN PENERAPAN ERP DI PT. GARUUDA INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Kebutuhan untuk melakukan pertukaran informasi secara cepat, tepat dan akurat telah membuat banyak perusahaan mencoba membuat sebuah sistem yang dapat menyediakan informasi tersebut sesuai dengan kebutuhan masing-masing perusahaan.  Efisiensi dan efektifitas merupakan alasan dasar untuk melakukan perbaikan dari sistem yang lama ke bentuk sistem yang lebih baik lagi.

ERP (Enterprise Resource Planning) adalah sebuah sistem yang di gunakan untuk mengoptimalkan dan mengefisienkan setiap pertukaran informasi di sebuah perusahaan, adalah untuk . ERP diawali oleh munculnya MRP (Material Requirement Planning) yang digunakan untuk pembuatan bill of material, lalu berkembang menjadi MRP II dimana financial accounting (telah menjadi bagian dalam sistem dan setelah  banyaknya kebutuhan informasi yang diperlukan oleh perusahaan, maka terbentuklah sistem ERP yang menghubungkan semua bagian perusahaan menjadi lebih efesien dan saling berintegrasi satu sama lain.
Garuda Indonesia adalah maskapai penerbangan Indonesia yang berkonsep sebagai full service airline (maskapai dengan pelayanan penuh). Sistem yang terintegrasi pada semua bagian telah mendorong banyak perusahan beralih menggunakan ERP dalam memenuhi kebutuhan data dan informasi mereka, sehingga pada akhirnya PT. Garuda Indonesia beralih dari sistem GA2000 ke sistem SAP.

1.2  Rumusan Masalah

Dalam karya tulis ini batasan masalah yang akan dibahas adalah :
1.      penerapan sistem ERP pada PT. Garuda Indonesia
2.      analisi tujuan jangka panjang







1.3  Tujuan Penulisan

Karya tulis ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana dampak penggunaan ERP pada PT. Garuda Indonesia serta kendala yang terjadi pada saat penerapan ERP.

1.4  Manfaat Penulisan

Manfaat yang dapat diambil dari karya tulis ini adalah untuk memahami apa itu ERP dan Bagaimana penerapan dalam perusahaan.

1.5  Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan karya tulis ini adalah :
BAB I      :  Latar belakang, Rumusan Masalah, Tujuan penulisan, Manfaat penulisan, Sistematika penulisan, dan Metode penulisan.
BAB II    : Landasan Teori, Profil Perusahaan, ERP & SAP, Penerapan ERP pada PT Garuda Indonesia.
BAB III   : Kesimpulan, Saran



BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Landasan Teori

Menurut Enterprise Resource Planning: Global Opportunities & Challenges (Liaquat Hossai), Sistem ERP  atau sistem perusahaan adalah sistem perangkat lunak untuk manajemen bisnis, mencakup modul pendukung divisi fungsional seperti perencanaan, manufaktur, penjualan, pemasaran, distribusi, akuntansi, keuangan, MSDM, manajemen proyek, manajemen persediaan, pelayanan dan pemeliharaan, transportasi dan e-business.

SAP  adalah produk perangkat lunak ERP yang mempunyai kemampuan untuk
mengintegrasikan berbagai macam aplikasi bisnis, dimana setiap aplikasi mewakilkan area bisnis tertentu.

2.2 SEJARAH
2.2.1 PERUSAHAAN
Sejarah Garuda Indonesia sebagai bagian dari sejarah industri penerbangan komersial di Indonesia dimulai ketika bangsa yang muda ini berjuang untuk kemerdekaannya.
Penerbangan komersial pertama dari Calcutta ke Rangoon dilakukan pada 26 Januari 1949, dengan pesawat Douglas DC-3 Dakota bernomor “RI 001” yang bernama “Indonesian Airways”. Di tahun yang sama, pada 28 Desember 1949, pesawat DC-3 lain yang terdaftar sebagai “PK-DPD” dengan logo “Garuda Indonesian Airways” terbang dari Jakarta ke Yogyakarta untuk menjemput Presiden Soekarno. Ini adalah penerbangan pertama yang dilakukan atas nama Garuda Indonesian Airways.

            Setahun kemudian, pada 1950, Garuda Indonesia resmi terdaftar sebagai Perusahaan Negara.  Pada periode tersebut, perusahaan ini mengoperasikan armada yang terdiri dari 38 pesawat, termasuk 22 DC-3, 8 Catalina flying boat, dan 8 Convair 240. Armada ini terus bertambah, dan Garuda Indonesia melakukan penerbangan pertamanya ke Mekkah ketika membawa jemaah haji Indonesia pada 1956. Rute penerbangan oleh Garuda Indonesia ke negara-negara Eropa dimulai pada 1965 dengan Amsterdam sebagai tujuan akhirnya.
Selama tahun 80-an, Garuda Indonesia melakukan restrukturisasi berskala besar untuk operasi dan armadanya. Pada masa inilah perusahaan ini mulai mengembangkan program pelatihan yang komprehensif untuk staf serta awak kabinnya, sekaligus mendirikan fasilitas pelatihan di Jakarta Barat yang dinamai Garuda Indonesia Training Center.

2.2.2  PESAWAT
Berawal dari penerbangan perdana di tahun 1949, Garuda Indonesia, yang sebelumnya bernama Garuda Indonesian Airways, mulai mengembangkan armadanya. Garuda Indonesia pada saat itu mengoperasikan satu pesawat Douglas DC-3 Dakota dan PBY Catalina. Berikutnya, Garuda Indonesia mengoperasikan armada DH Heron and Convair 340.
Pada tahun 1956, untuk pertama kalinya Garuda Indonesia melayani jamaah haji Indonesia ke tanah suci Mekkah di Saudi Arabia, dengan menggunakan armada Convair 340.
Periode 1960-an adalah masa dimana Garuda Indonesia tumbuh dengan pesat. Pada tahun 1961, armada Lockheed Electra didatangkan ke Bandara Kemayoran, Jakarta. Lima tahun kemudian, Garuda Indonesia memperkuat armadanya dengan jet empat mesin, yaitu Douglas DC-8. Di samping itu, armada lain seperti DC-3/C-47 Dakota, Convair 340, Convair 440, Lockheed Electra, Convair 990A, Fokker F-27 and DC-8 juga melengkapi kekuatan maskapai Garuda Indonesia.
Kemudian pada tahun 1976, untuk pertama kalinya Garuda Indonesia mengoperasikan pesawat berbadan lebar Douglas DC-10, yang terdaftar sebagai PK-GIA. Satu tahun kemudian Garuda Indonesia tidak lagi menggunakan pesawat turboprop engine Fokker F-27. Hal ini membuat Garuda Indonesia sebagai satu-satunya maskapai yang hanya mengoperasikan pesawat jet, yaitu dengan armada  DC-10, DC-9, DC-8 dan F-28.
Perkembangan armada yang terus melesat pada tahun 1980, membuat Garuda Indonesia mendatangkan pesawat berbadan lebar Boeing 747-200. Dua tahun kemudian, maskapai membeli pesawat berbadan lebar lainnya, yaitu Airbus A300B4 FFCC (Forward Facing Crew Cockpit). Pesawat dengan kokpit yang berisi dua orang ini adalah ide dari Wiweko Soepono, mantan Presiden Direktur Garuda Indonesia. Pada tahun 1984, barisan armada Garuda Indonesia secara lengkap adalah Boeing 747-200, DC-10, Airbus A300B4, DC-9 and F-28. Dengan 36 unit pesawat F-28, pada saat itu Garuda Indonesia adalah operator F-28 terbesar di dunia.
Pada tahun 1994, Garuda Indonesia memperkuat armadanya dengan pesawat berbadan paling lebar pada era 90-an, yaitu Boeing 747-400. Sebagai tambahan, barisan armada Garuda Indonesia juga dilengkapi dengan Boeing 737 seri 300, 400 dan 500.
Selanjutnya pada tahun 2009, Garuda Indonesia menambah armada berteknologi tinggi, dengan memperkenalkan Airbus A330-300 dan Boeing 737-800 Next Generation. Kedua jenis pesawat ini dilengkapi dengan perangkat in-flight entertainment, Audio and Video on Demand (AVOD), di setiap tempat duduknya. Perangkat ini memungkinkan penumpang untuk memilih sendiri berbagai macam hiburan seperti film, program televisi, video musik dan permainan. Sebagai tambahan, tenpat duduk Business Class Garuda Indonesia Airbus A330 juga dapat sepenuhnya berbaring hingga 180 derajat (flat bed seat).
Kini pada tahun 2012, Garuda Indonesia kembali menyambut armada baru Bombardier CRJ1000 NextGen.

2.2.3  LOGO


1949-1969 : Garuda Klasik
Garuda Indonesia berdiri ketika Indonesia sedang berada di masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan, ketika itu Garuda Indonesia menggunakan logo Garuda klasik sebagai simbol identitas. Sisi atas pesawat berwarna putih, dengan warna merah sepanjang jendela, hal ini melambangkan bendera nasional Indonesia yang berwarna Merah Putih. Pada tahun awal berdirinya, Garuda Indonesia memiliki armada DC-3 propeller plane, jet-engine Convair dan DC-8.


1969-1985 : Logo Oranye
Memasuki tahun 1970-an, Garuda Indonesia mengalami modernisasi. Logo diperbaharui dengan tulisan “Garuda” dan garis berwarna oranye. Pada periode ini Garuda Indonesia semakin banyak melayani masyarakat di berbagai kota di Indonesia. Logo disematkan baik di pesawat kecil seperti Fokker 27 dan DC-9, juga pada pesawat berbadan lebar seperti DC-10, Boeing 747-200 dan Airbus A300B4.   Logo ini segera menjadi akrab dengan identitas baru Garuda Indonesia dan dikenal hingga ke berbagai penjuru dunia.


1985-2009 : Logo Burung Modern
Untuk mengantisipasi era persaingan terbuka dari industri penerbangan nasional dan dunia, Garuda kembali mengubah logonya pada tahun 1985. Kali ini Logo Garuda Indonesia menggambarkan burung modern yang dilengkapi dengan tulisan Garuda Indonesia. Warna dominan pada logo ini adalah biru dan hijau, yang diambil dari warna alam Indonesia. Pada era ini, armada Garuda Indonesia diperkuat dengan kedatangan Boeing 737, Boeing 747-400 dan Airbus 330-300.


2009-Sekarang : Logo Sayap Alam
Memasuki fase pertumbuhan yang berkesinambungan dan strategi lompatan besar, pada tahun 2009 Garuda Indonesia memperbaharui identitas perusahaan agar menjadi lebih modern dan segar. Hal ini diwujudkan dengan logo “Sayap Alam” yang disematkan pada bagian ekor armadanya. Program ini juga dilengkapi dengan moderninasasi armada, yaitu dengan mendatangkan pesawat baru Boeing 737-800NG, Airbus A330-200, dan Bombardier CRJ1000 NextGen. Kini Garuda Indonesia memperkenalkan konsep layanan baru yaitu "Garuda Indonesia Experience". Dalam konsep baru ini, Garuda Indonesia menggabungkan keramahan dan suasana khas Indonesia, yang berakar pada budaya bangsa.

2.3     Profil Perusahaan

Garuda Indonesia adalah maskapai penerbangan Indonesia yang berkonsep sebagai full service airline (maskapai dengan pelayanan penuh). Saat ini Garuda Indonesia mengoperasikan 82 armada untuk melayani 33 rute domestik dan 18 rute internasional termasuk Asia (Regional Asia Tenggara, Timur Tengah, China, Jepang dan Korea Selatan), Australia serta Eropa (Belanda).

Sebagai bentuk kepeduliannya akan keselamatan, Garuda Indonesia telah mendapatkan sertifikasi IATA Operational Safety Audit (IOSA). Hal ini membuktikan bahwa maskapai ini telah memenuhi standar internasional di bidang keselamatan dan keamanan.

Untuk meningkatkan pelayanan, Garuda Indonesia telah meluncurkan layanan baru yang disebut "Garuda Indonesia Experience". Layanan baru ini menawarkan konsep yang mencerminkan keramahan asli Indonesia dalam segala aspek. Untuk mendukung layanan ini, semua armada baru dilengkapi dengan interior paling mutakhir, yang dilengkapi LCD TV layar sentuh individual di seluruh kelas eksekutif dan ekonomi. Selain itu, penumpang juga dimanjakan dengan Audio and Video on Demand (AVOD), yaitu sistem hiburan yang menawarkan berbagai pilihan film atau lagu, sesuai pilihan masing-masing penumpang.


Saat ini Garuda Indonesia memiliki tiga hub di Indonesia. Pertama adalah hub bisnis yang berada di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Kedua adalah hub di daerah pariwisata yang berada di Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali. Kemudian untuk meningkatkan frekuensi penerbangan ke bagian timur Indonesia, Garuda Indonesia juga memiliki hub di Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan.

Terlepas dari bisnis utamanya sebagai maskapai penerbangan, Garuda Indonesia juga memiliki unit bisnis (Strategic Business Unit/SBU) dan anak perusahaan. Unit bisnis Garuda Indonesia adalah Garuda Cargo dan Garuda Medical Center. Sedangkan anak perusahaan Garuda Indonesia adalah PT Citilink Indonesia, yaitu maskapai tarif rendah (Low Cost Carrier), PT Aerowisata (hotel, transportasi darat, agen perjalanan dan katering), PT Abacus Distribution System Indonesia (penyedia layanan sistem pemesanan tiket), PT Aero System Indonesia/Asyst (penyedia layanan teknologi informasi untuk industri pariwisawata dan transportasi) dan PT Garuda Maintenance Facility (GMF AeroAsia), yaitu perusahaan yang bergerak di bidang perawatan pesawat, perbaikan, dan overhaul.






Visi dan Misi Perusahaan

Visi Perusahaan
Menjadi perusahaan penerbangan yang handal dengan menawarkan layanan yang berkualitas kepada masyarakat dunia menggunakan keramahan Indonesia.

Misi Perusahaan
Sebagai perusahan penerbangan pembawa bendera bangsa Indonesia yang mempromosikan Indonesia kepada dunia guna menunjang pembangunan ekonomi nasional dengan memberikan pelayanan yang profesional.
































2.4 Struktur Organisasi
















2.5 Organisasi dan Group
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. adalah maskapai pertama dan terbesar di Indonesia, Dengan pendekatan berorientasi “melayani”, Garuda Indonesia bertujuan menjadi penyedia layanan terdepan bagi wisatawan di negara inisekaligus menyediakan layanan pengiriman barang melalui udara. Grup Garuda Indonesia pada saat ini memiliki lima anak perusahaan yakni PT Aerowisata, PT GMF Aero Asia, PT Abacus Distribution System, PT Gapura Angkasa dan PT Aero System Indonesia.

A.    Profil Dewan Komite
Komite Audit
Ketua
Betti Alisjahbana
Anggota
Chaerul D. Djakman
Prasetyo Suhardi
Komite Nominasi, Remunerasi, dan Tata Kelola Perusahaan
Ketua
Wendy Aritenang
Wakil Ketua
Sonatha Halim Yusuf
Anggota
G. Suprayitno
Komite Pengembangan Usaha dan Pemantauan Resiko
Ketua
Peter F. Gontha
Wakil Ketua
Bambang Wahyudi
Anggota
Asril Fitri Syamas
Ahmad Ridwan Dalimunthe



B.      Profil Dewan Komisaris


BAMBANG SUSANTONO

Komisaris Utama

Menjabat sebagai Komisaris Utama sejak 27 April 2012. Saat ini beliau juga menjabat sebagai Wakil Menteri Perhubungan Republik Indonesia.
Sebelumnya beliau pernah menjabat sebagai Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Staf Ahli Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Bidang Persaingan Usaha, Sekretaris Komite Kebijakan Percepatan Pembangunan Infrastruktur (KKPPI), Wakil Ketua Tim Teknis Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional (BKTRN), dan Wakil Ketua Tim Pelaksana Tim Nasional Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus.
Bambang Susantono yang lahir di Yogyakarta, 4 November 1963, meraih gelar Sarjana Teknik Sipil dari Institut Teknologi Bandung (ITB), gelar MCP (City & Regional Planning), MSCE (Transportation Engineering), dan PhD (Infrastructure Planning), seluruhnya dari University of California, Berkeley, Amerika Serikat. Beliau masih mengajar dan membimbing skripsi, tesis dan disertasi di Program Pasca Sarjana Bidang llmu Teknik Universitas Indonesia (UI) dan di Sekolah Tinggi Transportasi Darat (STTD), merupakan Koordinator Kelompok Keahlian Manajemen Infrastruktur di UI serta dipercaya menjadi Presiden Intelligent Transportation System (ITS) di Indonesia.

BETTI SETIASTUTI ALISJAHBANA

Komisaris Independen

Menjabat sebagai Komisaris Independen Perseroan sejak 6 Februari 2012. Saat ini beliau juga menjabat sebagai Pendiri dan Komisaris PT Quantum Business International, Komisaris PT Sigma Cipta Caraka, Wakil Ketua Dewan Riset Nasional, Anggota Komite Inovasi Nasional (KIN), Anggota Advisory Board Insitut Teknologi Bandung, Ketua Asosiasi Open Source Indonesia, Ketua Komite Tetap Bidang Perangkat Lunak KADIN Indonesia.
Betti Setiastuti Alisjahbana yang lahir di Bandung, 2 Agustus 1960, meraih gelar Sarjana Arsitektur dari Institut Teknologi Bandung.

CHRIS KANTER
Komisaris Independen
Menjabat sebagai Komisaris Independen sejak 26 April 2013. Selain itu beliau juga menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Apindo, Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia Bidang Perdagangan dan Hubungan Internasional, Dewan Komisaris PT Bank BNP Paribas Indonesia, Tim Pakar “Joint Study Group on Long Term Vision for Trade and Investment Cooperation Indonesia – European Union” Departemen Perdagangan, Komite Ekonomi Nasional Perpres No.31/2010, Komite Penanaman Modal Bidang Hubungan Dunia Usaha BKPM, Dewan Komisaris PT Indosat Tbk, Founder dan Chairman Sigma Sembada Group, Founder and Chairman di Swis German University.
Sebelumnya beliau pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Umum KADIN Bidang Investasi dan Transportasi, Anggota MPR-RI, Ketua Organising Committee Asia-Africa Summit 2005, Tim Koordinasi Peningkatan Kelancaran Arus Barang Ekspor dan Impor Pemerintah Indonesia.
Chris Kanter yang lahir di Manado, 25 April 1952 meraih gelar Sarjana dari Fakultas Teknik, UniversitasTrisakti.

PETER F. GONTHA

Komisaris Independen

Menjabat sebagai Komisaris Independen sejak 28 Juni 2012. Saat ini beliau juga menjabat sebagai Executive Chairman PT First Media Tbk., Komisaris Utama PT Linknet, Direktur Utama Persada Giri Abadi, Pendiri dan Komisaris Utama PT Java Festival Production, Presiden Sun Yen Engineering Singapore, Publisher The Jakarta Globe, Suara Pembaruan, Investor Daily dan Berita Satu Media Holding, Anggota Komisi Ekonomi Nasional, Anggota Komite Investasi BKPM dan Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia bidang Investasi.
Peter F. Gontha yang lahir di Semarang, 4 Mei 1948, menempuh pendidikan Computer Design dan Operation di Shell Benelux Computing Center, Finance Accounting and Business Administration di Praep Institute, The Netherlands.
Description: Wendy Aritenang
Wendy Aritenang
Komisaris
Menjabat sebagai Komisaris sejak 4 Juni 2007. Saat ini beliau juga menjabat sebagai Inspektur Jendral Kementerian Perhubungan.
Sebelumnya beliau pernah menjabat sebagai Staf Ahli Menteri Perhubungan, Direktur Jenderal Perkeretaapian, Sekretaris Jenderal Departemen Perhubungan, Deputi Menteri Riset dan Teknologi, Komisaris PT PLN Batam, Komisaris PT Adyatirta Batam, Deputi Ketua Otorita Batam, Kepala Biro Perencanaan - BPP Teknologi.
Wendy Aritenang yang lahir di Jakarta, 15 Desember 1954, meraih gelar Sarjana Teknik Sipil dari Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 1979 dan memperoleh gelar Master of Science& Diploma tahun 1986 dan meraih gelar Doktor (PhD) dalam bidang Structural Engineering dari University of London at Imperial College of Science & Technology tahun 1989.

ISA RACHMATARWATA

Komisaris


Menjabat sebagai Komisaris sejak 2 April 2014. Saat ini beliau juga menjabat sebagai Staf Ahli Bidang Kebijakan dan Regulasi Jasa Keuangan dan Pasar Modal di Kementerian Keuangan.
Sebelumnya beliau pernah menjabat sebagai Pegawai Tinggi pada Badan Kebijakan Fiskal, dan Kepala Biro Perasuransian di Kementerian Keuangan, Kepala Subdirektorat Pengembangan dan Pelayanan Informasi, Ketua Unit Pelaksana Penjaminan Pemerintah, Kepala Subdirektorat Pemeriksaan dan Pelayanan, Kepala Seksi Pemeriksaan Dana Pensiun Lembaga Keuangan di Departemen Keuangan.
Isa Rachmatarwata yang lahir di Jombang, 30 Desember 1966, meraih gelar Sarjana Matematika dari Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 1990 dan memperoleh gelar Master of Mathematics (Actuarial Science) dari University of Waterloo, Kanada tahun 1994



2.6 Analisis Tujuan Jangka Panjang

Tujuan jangka panjang dari perusahaan penerbangan Garuda Indonesia menurut strategic objective adalah :
1.      Menuju Maskapai dengan Standar Layanan Kelas Dunia. Dengan konsep layanan “Garuda Indonesia Experience” dan standar layanan di seluruh customer’s touch points, Garuda Indonesia secara konsisten terus meningkatkan standar layanan untuk menjadi maskapai dengan layanan kelas dunia.
·         Spesific : tujuan jangka panjang tersebut sudah spesifik, karena Garuda Indonesia memiliki tujuan yang jelas dan fokus, yaitu memiliki standar layanan kelas dunia.
·         Measurable : kurang measurable. Hal ini dikarenakan tidak diberikannya penjelasan waktu secara mendetail tentang tujuan Garuda Indonesia untuk memiliki standar layanan kelas dunia.
·         Attainable : tujuan dapat dicapai oleh Garuda Indonesia, karena dalam pencapaiannya dilakukan perbaikan secara terus-menerus terhadap pelayanan yang di berikan kepada pengguna jasa.
·         Realistic : tentu tujuan tersebut dapat dicapai oleh Garuda Indonesia. Garuda Indonesia telah menjadi salah satu maskapai penerbangan internasional di Indonesia. Dengan usahanya memberikan pelayanan yang lebih baik lagi memungkinkan Garuda Indonesia memiliki standar penerbangan internasional.
·         Time Frame : pada tujuan ini tidak ada waktu yang dicantumkan untuk mencapai tujuannya.
2.      Garuda Indonesia akan terbang non-stop ke kota London, mendarat di bandara Gatwick, mulai kuartal keempat 2013 menggunakan pesawat terbaru Boeing 777- 300ER yang memiliki kelas layanan baru “First Class”.
·         Spesific : tujuan dari Garuda Indonesia sudah jelas, yaitu akan terbang ke London dengan pesawat Boeing 777-300ER.
·         Measurable : waktu untuk mencapai tujuan itu sudah jelas, yaitu pada tahun 2013 mulai kuartal keempat.
·         Attainable : cara-cara yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut tidak dijelaskan secara rinci.
·         Realistic : tujuan ini dapat dicapai oleh Garuda Indonesia, karena Garuda Indonesia sudah menjadi maskapai penerbangan internasional. Dengan menambah rutenya ke London, diharapkan Garuda Indonesia dapat meningkatkan revenue dengan memperluas cakupan penerbangannya.
·         Time Frame : waktu yang ditunjukkan untuk menjalankan tujuan tersebut dalam tujuan di atas telah jelas.


3.      Pada tahun 2012, Perusahaan merencanakan pengembangan usaha dengan memfokuskan pemenuhan keanggotaan Garuda Indonesia sebagai anggota Aliansi Global.
·         Spesific : tujuan tersebut telah jelas, yaitu mencapai pengembangan usaha dengan memfokuskan pemenuhan keanggotaan Garuda Indonesia sebagai anggota Aliansi Global.
·         Measurable : waktu dalam mencapai tujuan tersebut jelas, yaitu pada tahun 2012.
·         Attainable : cara yang ditetapkan untuk mencapai tujuan tersebut, yaitu dengan memfokuskan pemenuhan keanggotaan Garuda Indonesia sebagai anggota Aliansi Global.
·         Realistic : dengan tujuan yang telah ditetapkan dan cara yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut, Garuda Indonesia dapat mencapai tujuannya.
·         Time Frame : waktu pada tujuan tersebut telah jelas.
4.      Terkait dengan program Quantum Leap 2011 – 2015, yaitu global alliance, maka  pemenuhan SkyTeam requirement tetap menjadi prioritas utama.
·         Spesific : tujuannya jelas, yaitu global alliance.
·          Measurable : waktu untuk mencapai tujuan tersebut jelas, yaitu tahun 2011-2015.
·         Attainable : cara yang ditetapkannya, yaitu dengan pemenuhan SkyTeam requirement tetap menjadi prioritas utama.
·         Realistic : dilihat dari tujuan dan cara untuk mencapai tujuan tersebut, Garuda Indonesia mampu mencapai tujuannya.
·         Time Frame : tahun pada tujuan tersebut, yaitu 2011-2015.
5.      Dalam upaya Garuda Indonesia menjadi full member SkyTeam di tahun 2014,  terdapat 3 hal utama yang memegang peran penting dalam keberhasilan Garuda Indonesia menjadi anggota aliansi global SkyTeam.
a.     Kesiapan Kerja Sama Bilateral dan Implementasi IT
b.    Change Management
c.     Kegiatan Rutin
·         Specific : tujuan Garuda Indonesia sudah spesifik, yaitu menjadi full memberSkyTeam di tahun 2014.
·         Measurable : waktu dalam pencapaian tujuan tersebut, yaitu tahun 2014.
·         Attainable : hal yang memegang peran penting dalam keberhasilan Garuda Indonesia menjadi anggota aliansi global SkyTeam, yaitu Kesiapan Kerja Sama Bilateral dan Implementasi IT, Change Management, dan Kegiatan Rutin.
·         Realistic : Garuda Indonesia dapat mencapai tujuannya dengan 3 hal penting yang telah disebutkan.
·         Time Frame : waktu untuk mencapai tujuannya, yaitu tahun 2014.

6.      Di tahun 2013, Garuda Indonesia meluncurkan berbagai inisiatif untuk memperluas network coverage Perusahaan. Seiring dengan rencana kedatangan 24 pesawat baru di tahun 2013, Perusahaan berencana membuka 27 rute baru untuk meningkatkan utilisasi atas pesawat ini. Selain itu, Perusahaan juga akan menambah hub baru yang akan dioperasikan dengan menggunakan pesawat CRJ1000 NextGen.
·         Spesific : tujuan yang spesifik, yaitu memperluas network coverage perusahaan, membuka 27 rute baru, menambah hub baru yang akan dioperasikan dengan menggunakan pesawat CRJ1000 NextGen.v.
·         Measurable : waktu yang ditetapkan untuk tujuannya, yaitu tahun 2013.
·         Attainable : cara yang ditetapkan untuk mencapai tujuan tersebut tidak dijelaskan.
·         Realistic : tujuan tersebut dapat dicapai oleh Garuda Indonesia, karena sudah ada rencana tentang kedatangan 24 pesawat baru di tahun 2013.
·         Time Frame : waktu untuk mencapai tujuannya, yaitu 2013.
7.      Untuk menjaga konsistensi terhadap kualitas produk dan pelayanan dari sisi operasional, Garuda Indonesia menargetkan ketepatan penerbangan (On Time Performance/OTP) sebesar 85%, dimana rata-rata pencapaian OTP tahun sebelumnya sebesar 84,90%.
·         Spesific : tujuan Garuda Indonesia sudah spesifik, yaitu menjaga konsistensi terhadap kualitas produk dan pelayanan dari sisi operasional.
·         Measurable : waktu dalam tujuan tersebut tidak ditetapkan.
·         Attainable : Garuda Indonesia menetapkan target ketepatan penerbangan (On Time Performance/OTP) sebesar 85% untuk mencapai tujuannya.
·         Realistic : dengan adanya target yang ditetapkan untuk mencapai tujuan tersebut, Garuda Indonesia akan konsisten terhadap kualitas dan pelayanan dari sisi operasional.
·         Time Frame : tidak ada penjelasan waktu pada tujuan tersebut.













2.7  Hubungan ERP dan SAP dengan pengoptimalan pertukaran data  pada PT Garuda Indonesia

Pada tahun 2000 di bagian keuangan mengalami kendala dalam pertukaran dan keakuratan data . Karena kemudahan yang diperoleh melalui ERP, seperti efisiensi data, keakuratan data, efisiensi waktu, kemudahaan memonitor transaksi yang berlangsung dan memudahkan karyawan dalam bekerja. Selain itu, karena perkembangan bisnis sangat pesat mengharuskan PT Garuda Indonesia mengoptimalkan kinerja tiap divisi. Dorongan dari kompetitor dari PT Garuda Indonesia yaitu PT Luthansa Airlines yang telah berhasil menggunakan SAP dan terbukti berhasil juga menyebabkan PT Garuda Indonesia menggunakan SAP.


2.8                         Penerapan ERP pada PT Garuda Indonesia

PT Garuda Indonesia menggunakan ERP untuk menghubungkan dan mengsinkronisasikan tiap divisi sehingga mengurangi redudansi data, juga untuk pelaporan pekerjaan tiap divisi ke divisi lain. Pada bagian penjualan proses dimulai dari kostumer datang, kemudian membeli tiket, kemudian memasukkan data tersebut kedalam sistem dan masuk ke dalam database kemudian muncul informasi berupa tampilan laporan penjualan pada bagian keuangan.

Modul modul yang banyak digunakan oleh PT. Garuda Indonesia :

·         SD - Sales & Distribution : membantu meningkatkan efisiensi kegiatan operasional berkaitan dengan proses pengelolaan customer order (proses sales, shipping dan billing)
·         MM - Materials Management : membantu menjalankan proses pembelian (procurement) dan pengelolaan inventory
·         PP - Production Planning : membantu proses perencanaan dan kontrol daripada kegiatan produksi (manufacturing) suatu perusahaan.
·         QM - Quality Management : membantu men-cek kualitas proses-proses di keseluruhan rantai logistik
Menurut buku Enterpise Resource Planning: Menyelaraskan Teknologi Informasi dengan Strategi Bisnis ( Wawan, Falahah ) . Fase fase dalam penerapan ERP adalah inisiasi, evaluasi, seleksi ( business process re-engineering, modification, training, confertion of data ), go live, termination, exploitation & development. PT. Garuda Indonesia sendiri telah berada pada fase termination, Sehingga dapat disimpulkan penerapan ERP pada PT. Garuda Indonesia berhasil.


2.9 Kendala PT. Garuda Indonesia dalam menerapkan SAP

                               Penerapan ERP di PT. Garuda Indonesia pada awalnya mengalami hambatan yaitu kurangnya keefisienan system GA2000 sehingga beberapa pertukaran data masih dilakukan secara manual. Pada awal penerapan SAP kendala yang terjadi adalah proses memindahkan data dari sistem GA2000 ke sistem SAP. Selain itu, pada pelatihan awal karyawan untuk menggunakan SAP.

2.10  KESELAMATAN PERUSAHAAN
            Garuda Indonesia berkomitmen untuk menyediakan lingkungan kerja yang aman dan sehat untuk semua personel. Kami juga bertujuan untuk meminimalisir kecelakaan atau insiden yang disebabkan faktor organisasi. Selain itu, kami menyediakan Keselamatan Manajemen Pendidikan Sistem yang relevan dan pelatihan untuk semua personel.
2.10.1    Sasaran Keselamatan
Sasaran Keselamatan disusun bersama-sama dengan Kebijakan Keamanan Garuda Indonesia:
·       Untuk mengidentifikasi dan meminimalisir kondisi-kondisi membahayakan.
·      Melakukan analisa bahaya dan resiko untuk seluruh tujuan terhadap peralatan-peralatan yang baru diperoleh, fasilitas, operasional dan prosedur serta mengurangi resiko sampai batas yang dapat diterima.
·      Memberikan pendidikan dan pelatihan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan Sistem Manajemen Keamanan (Safety Management System atau SMS) kepada seluruh personel.
·       Memberikan lingkungan kerja yang aman dan sehat kepada seluruh personel.
·       Meminimalisasi kecelakaan/kejadian yang disebabkan oleh faktor-faktor organisasi.
·       Untuk mencegah kerugian dan cedera pada properti dan manusia yang disebabkan oleh operasional perusahaan.
·       Meningkatkan keefektivitasan sistem manajemen keamanan melalui audit keamanan yang dilakukan secara teratur di mana dilakukan pengkajian ulang seluruh aspek SMS untuk terus membuat kemajuan di seluruh tingkat keamanan.
·       Untuk terus melakukan monitor dan evaluasi mengenai tingkat keamanan secara teratur.
·       Untuk memastikan kepatuhan terhadap DGCA (CASR 121) Indonesia, Peraturan Internasional (ICAO) dan standar industri praktik terbaik internasional (IATA).


2.10.2    Keamanan Penerbangan
Industri penerbangan di Indonesia saat ini mengalami kemajuan yang pesat. Letak geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau menjadikan penerbangan sebagai moda transportasi yang cepat dan aman untuk menghubungkan antar pulau. Garuda Indonesia sebagai perintis penerbangan nasional serta pembawa bendera Indonesia, sudah tentu menjadi kebanggaan dan pilihan masyarakat sebagai pengguna jasa. Sebagai operator penerbangan yang memiliki sertifikat IOSA, Garuda Indonesia mengedepankan aspek service, safety dan security plus compliance. Hal ini juga bertujuan untuk menumbuhkembangkan kepercayaan masyarakat agar memilih Garuda Indonesia sebagai penyedia jasa penerbangan.

2.10.3    Tidak ada kata kompromi dalam keamanan

Aspek keamanan adalah salah satu elemen penting yang harus dijalankan secara konsisten dan komprehensif dalam industri penerbangan. Selain sebagai business balancing, keamanan juga menjadi jaminan bagi para pengguna jasa, pegawai, pemegang saham dan penyedia jasa eksternal untuk tetap menjadikan Garuda Indonesia sebagai mitra penyedia jasa penerbangan. Berdasarkan hal-hal tersebut, dalam menerapkan dan  mempertahankan performa keamanan yang tinggi, manajemen Garuda Indonesia berkomitmen untuk
  1. Membangun sistem keamanan yang mumpuni melalui pengembangan Manajemen Sistem Keamanan (Security Management System) dan Program Keamanan Penerbangan Garuda Indonesia secara berkesinambungan,
  2. Secara konsisten melakukan investasi berkelanjutan dalam hal pelatihan keamanan penerbangan termasuk investasi dalam hal sistem dan teknologi pendukung,
  3. Menerapkan quality assurance system dan kendali mutu secara konsisten dan pola penyampaian informasi keamanan tanpa hambatan ke seluruh unit dalam perusahaan,
  4. Secara cepat merespon setiap situasi dan kondisi yang dinilai dapat membahayakan keselamatan dan keamanan seseorang dan/atau infrastruktur,
  5. Membangun sistem komunikasi yang efektif untuk memastikan kelancaran pertukaran informasi keamanan yang relevan, sehingga mampu menghubungkan seluruh unit dalam organisasi tanpa hambatan termasuk ke senior manajer, manajer operasional, karyawan di lini depan maupun pihak eksternal yang terikat kontrak mendukung operasional perusahaan,
  6. Membangun dan mengembangkan budaya keamanan secara konsisten.





2.10.4                   Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan
Earth Hour 2012 Garuda Indonesia Group

Perubahan iklim dan pemanasan global merupakan salah satu potensi ancaman kehidupan di bumi yang paling signifikan. Perubahan pada pola cuaca, pasokan air, pertumbuhan musiman untuk tanaman; kenaikan permukaan air laut; dan kebakaran hutan merupakan beberapa dampak dari perubahan iklim yang sudah kita rasakan belakangan ini dan dipastikan mempengaruhi lingkungan hidup yang ada di sekitar kita. Ketergantungan manusia kepada listrik dari masa ke masa semakin meningkat, sementara mayoritas pembangkit listrik berbahan bakar fosil (minyak bumi, batu bara, dan gas alam) yang mengeluarkan gas rumah kaca (GRK) berupa karbon dioksida (CO2). Hal ini jelas berakibat langsung terhadap kenaikan dramatis suhu rata-rata Bumi.
Earth Hour adalah salah satu kampanye energi terbesar didunia, yang diusung oleh WWF, berupa inisiatif global yang mengajak berbagai elemen masyarakat seluruh dunia, organisasi, pusat pemerintahan, maupun individu untuk melakukan aksi kecil untuk perubahan besar yaitu dengan mematikan lampu dan peralatan elektronik yang sedang tidak dipakai selama 1 jam mulai pukul 20.30 – 21.30 (waktu setempat). Kegiatan ini dilakukan setiap tahun, tepatnya setiap hari Sabtu di minggu ke-3 bulan Maret. Tahun ini merupakan kali keempat Indonesia turut berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan Earth Hour, yang jatuh pada hari Sabtu, 31 Maret 2012. Keberhasilan kampanye ini sangat penting dan diharapkan dapat dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat di seluruh dunia mengingat pentingnya kesadaran dan aksi secara massal dalam berperilaku hemat energi sebagai salah satu upaya mengurangi dampak perubahan iklim yang dapat membantu mengubah kehidupan di Bumi menjadi lebih baik.



Tahun 2012 merupakan tahun keempat kalinya Garuda Indonesia turut berpartisipasi dalam program Earth Hour. Melihat perjalanan kampanye Earth Hour dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012, masing-masing memiliki tema yang berbeda, yakni:
  1. Earth Hour 2009  merupakan bukti kepedulian Garuda Indonesia terhadap lingkungan dalam upaya menyelamatkan bumi dengan mereduksi dampak negatif emisi yang turut berkontribusi terhadap pemanasan global untuk berpartisipasi dalam tema Earth Hour 2009 yaitu “Pilih Bumi Selamat atau bumi sekarat”.  
  2. Komitmen Garuda Indonesia dalam pengelolaan lingkungan hidup dilanjutkan melalui partisipasi Garuda Indonesia pada Earth Hour 2010, yang turut memberi citra positif dalam rangka memberikan contoh kepada publik bahwa hemat energi itu sederhana dan mudah, yaitu dengan “kita dapat mengubah dunia dalam 1 jam matikan lampu”. 
  3. Kampanye Earth Hour 2011 mengingatkan semua orang bahwa bergaya hidup hemat energi tidak cukup hanya dengan berpartisipasi di Earth Hour saja, tetapi aksi kecil ini harus terus dibuktikan setiap hari secara efektif mengurangi gas rumah kaca, dan diikuti dengan mengubah gaya hidup yang lebih ramah lingkungan sesuai dengan tema “Setelah satu jam, jadikan gaya hidup”.







BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Berdasarkan Manfaat penerapan ERP di PT. Garuda Indonesia dapat disimpulkan :

·         PT. Garuda Indonesia terbukti berhasil dalam penerapan ERP karena telah berada pada fase termination.
·         Dalam penerapan pada PT. Garuda Indonesia, ERP yang digunakan adalah SAP dengan berbagai macam modul seperti FI, MM, AM, HRM, dan modul lainnya.
·         Sistem ERP terbukti membantu dalam mengoptimalkan dan mengefisienkan pertukaran data yang akurat dan cepat

3.2  Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian, dapat diajukan saran antara lain :
·         PT. Garuda Indonesia harus terus melakukan exploitation and development karena sesuai dengan fase fase penerapan ERP.
·         Terus memberikan pelatihan SAP kepada SDM di PT. Garuda Indonesia.
·         Melakukan perekrutan tenaga kerja yang sudah menguasai ERP dalam hal ini SAP









PERTANYAN DAN JAWABAN

1. RIFI HAMDANI KELOMPOK C
   
 Pertanyaan : Apa yang dimaksud layanan first class
    
Jawaban     : Layanan yang menawarkan konsepkeramahan asli indonesiadalam segala aspek. Untuk mendukung layanan ini, semua armadabaru di lengkapi dengan interior paling mutakhir,yang di lengkapi LCD TV, AUDIO, VIDEO on demand



2 TRI WAHYUDIN Keompok C

Pertanyaan  : Untuk konsisten produk dan pelayanan pt garuda indonesia menargetkan penerapan penerbangan 85% , apa maksudnya ?

Jawaban        : Untuk menjaga kualitas produk dan layanan dari sisi operasional, garuda indonesia menargetkanpenerbangan on time 85%. Jadi target 85% itu adalah jamgkasekian tahun,penerbangan yang tepat waktu atau on time, kemudian kalkulasikan sehingga nanti hasilnya itulah yang disebut kalkulasi 85% on time.


 3. SITI MAFTUHAH Kelompok B 

  Pertanyaan   :  Selain di pt. garuda indonesia , ERP di terapkan di perusahaan apa?

  Jawaban       :  di PT. Garuda Food menerapkan sistem ERP. untuk info lebih lanjut ,bisa searchung  di internet.